Kamis, 30 Oktober 2014

Darmawacana : Hari Raya Saraswati

Om swatyastu
Pada hari ini, kita melaksanakan Hari Raya Saraswati yang dijadikan momentum untuk memuliakan ilmu pengetahuan dan belajar dengan mengajarkan sebuah pengetahuan lewat Jnana marga untuk mencerdaskan kehidupan bangsa menuju kesejateraan dengan gotong goyong dan kerukunan yang di dambakan. mudah-mudahan hal tersebut dapat terwujud dengan sebuah pengetahuan serta penghayatan supaya bisa menjalani hidup di jaman Modernisasi dan Globalisasi sehingga terhindar dari perbuatan buruk yang dilakukan oleh umat Hindu khususnya di Indonesia. dengan mengamalkan pengetahuan serta dengan melalui upacara persembayangan Saraswati di harapkan kita semua mampu melaksanakan kwajiban kita berdasarkan ilmu pengetahuan suci.
Bapak-bapak dan Ibu-ibu serta seluruh umat sedharma yang kami hormati sudahkah kita semua mengetahui :
1)      Pentingnya pengteahuan dalam kehidupan di jaman kali yoga ini untuk berbuat kebaikan?
2)      Apakah hubungan sumber pengetahuan (Saraswati) dengan pengetahuan menuju kebebasan (Jnana marga) sebuah jembatan menyeberangi lautan kebodohan?
3)      Mengapa di jaman kali yoga ini pengetahuan kebenaran sulit untuk di praktekan?

Bapak-bapak dan Ibu-ibu serta seluruh umat sedharma yang penuh karunia.
Di jaman Mahabaratha ketika Arjuna tidak sanggup dan tidak ingin perang menghadapi kakek, guru, dan sepupunya karena tidak mengetahui rahasia dari segala rahasi maka dari itu Sri Krsna mengajarkan empat jalan menuju kebebasan salah satunya adalah Jnana marga.dengan pengetahuan menyatukan diri dengan Tuhan.
Dalam( Bagavad Gita IV.33).
Srayan dravyamayad yajnaj
Jnana yajnah parantapa
Sarvam karma ,khilam partha
Jnane perisamapyat

Yadnya Ilmu pengetahuan lebih mulia dari persembahan materi, dalam keseluruanya semua kerja bersumber dari Ilmu pengetahuan. selain itu pengetahuan juga di ibarat kan sebuah pedang untuk memotong ketidak tahuan sehingga menjadi tahu yang sesungguhnya.
 Dari sloka tersebut memberikan pemahaman kepada kita bahwa Ilmu pengetahuan ternyata menjadi bagian hidup yang sangat penting bagi kehidupan manusia, apalagi di jaman Globalisasi ini kita harus menghayati Pengetahuan supaya apa? Supaya bisa memilih dan memilah mana yang baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Itulah sebabnya, Umat Hindu secara khusus memberikan penghormatn terhadap Ilmu pengetahuan dalam wujud perayaan Saraswati dengan kata lain, perayaan Saraswati menginggatkan kepada umat manusia, bahwa kita memerlukan kehadiran Ilmu pengetahuan dalam hidup baik dari Ilmu pengetahuan tingkat Duniawi hingga Pengetahuan Spiritual yang berfungsi untuk membuka selaput kebodohan yang ada dalam diri manusia sehingga menjadi manusia yang Tahu (mengerti).
Bapak-bapak dan Ibu-ibu serta seluruh umat sedharma yang penuh waranugraha.
Jika kita hubungkan sumber Ilmu pengetahuan dengan pengetahuan kebebasan Veda yang mensimboliskan Ilmu pengetahuan dalam wujud Saraswati yang mempunyai arti Ilmu pengetahuan memiliki sifat mengalir seperti air yang tidak akan perna berhenti selama manusia dan jaman ini ada. Dan Jnana marga mengajarkan ilmu pengetahuan untuk menyatukan diri dengan Sang Maha Kuasa.
Ibaratkan seorang anak dengan seorang ibu, seorang murid dengan seorang guru, masyarakat dengan pemerintah, manusia dengan Tuhan. Maka dari situ seseorang yang bebas harus mempunyai pengetahuan dan juga seorang pembibing atau seorang guru, kalau tanpa seorang pembimbing kita bisa bayangkan sendiri tujan yang di inginkan akan menjadi sebuah angan-angan.
Orang yang berpengetahuan saja sulit untuk mempraktikkanya nilai-nilai Dharma, apalagi yang tidak berpengetahuan, artinya bahwa segala sesuatu perlu di hayati dan yakini  akan kebenaran pengetahuan,kita sebagai Orang Hindu jangan berfikir apa yang sudah di berikan Hindu kepada kita, tetapi mari kita berfikir apa yang sudah kita berikan kepada Hindu”.
Bapak-bapak dan Ibu-ibu serta seluruh umat sedharma yang berbahagia
Dalam (manawa dharma sastra IIX.83) di jelaskan bahwa, pengetahuan tentang Jiwa (yang menghidupi) adalah merupakan ilmu pengetahuan yang tinggi dan mulia (menuju Alam yang Langgeng), serta pengetahan dimana kita dilahirkan di sebuah negara dan mengerti, serta ikut mewujudkan tujuan negara yang ingin dicapai.

Dan dipahami juga bahwa beryadnya bukan di pura saja tetapi juga di luar pura,  artinya bahwa segala kewajiban yang dilakukan dengan tulus yang didasari oleh ilmu pengetahuan itu merupakan yadnya yang tinggi (satvam), yang menjadi tujuan seperti halnya ikut mencerdaskan kehidupan bangsa yang menjadi salah satu tujuan Negara kita  yang tercantu dalam UUD 1945, maka dari itu, demi terwujudnya itu semua  mari kita saling berbagi Pengetahuan karena kesempurnaan didapat dari ketidak sempurnaan.


Kesimpulanya adalah bahwa Hari Raya Saraswati adalah untuk mengigatkan kepada manusia betapa pentingnya ilmu pengetahuan baik pengetahuan tingkat duniawi maupun spiritual dalam menghadapi perubahan jaman, serta di butuhkan juga seorang pembimbing untuk menuju sebuah tujuan yang di inginkan.
Dari pemahaman tersebut sudah jelas betapa mulianya bagi mereka dan kita semua menjadi pengabdi dari pengetahuan dan mampu mengaplikasikanya, sehingga pada hari ini yaitu hari sabtu umanis wuku watu gunung merupakan hari yang sangat disucikan berkaitan dengan ilmu pengetahuan mudah-mudahan kita semua mampu memahami, menguraikan dan melaksanakan kwajiban kita masing-masing berdasarkan ilmu pengetahuan yang suci/Dharma itu sendiri.
Demikian yang dapat kami sampaikan mudah-mudahan apa yang kami sampaikan dapat bermanfaat bagi kita semua sehingga Om Awignamastu Shanti atau kedamaian itu sendiri baik jasmani maupun rohani dapat kita raih.
Om Santi,santi,santi om


Darmawacana : Maha Sivaratri

Om swatyastu
Pada hari ini adalah Hari Suci Sivaratri yang di jadikan sebagai momentum untuk meningkatkan Spiritual/kerohanian. dengan penyadaran diri oleh seluruh umat Hindu khususnya di Indonesia. agar terhindar dari perbuatan buruk, sebagai manusia kita sering lupa karena keterbatasan, karena itu setiap sasih kapitu (bulan ketujuh) atau peteng pitu di langsungkan upacara Sivaratri yang  dilakukan secara fisik dengan penjagraan artinya sadar, orang yang sadar akan waspada supaya terhindar dari perbuatan buruk.
Bapak-bapak dan Ibu-ibu seta seluruh umat Sedharma yang penuh bhakti
apakah Sivaratri ini disebut malam peleburan dosa, apa memang benar sebagai malam Kesadaran?  jika Sivaratri (malam Bhatara Siva) sebagai malam peleburan dosa maka keyakinan umat Hindu tentang konsep karma phala (hukum sebab-akibat) yang terdiri dari bagian Sancita, Prarabda dan kriyamana karma phala ini, jadi bagaimana bapak dan ibu serta seluruh umat sedharma, bahwa Sivaratri ini sebagai malam kesadaran.
Idealnya Orang akan memiliki berfikir jernih kalau atmannya yang suci menyinari budinnya/alam kesadaran , sedangkan budhinnya menguasai manah dan manah akan menguasai indrianya, nah bapak dan ibu seta seluruh umat sedharma yang penuh kasih. kita semua harus di upayakan agar limba-limba yang mengotari jiwa itu selalu di upayakan untuk di lebur agar terhindar dari perbuatan yang gelap, sehubungan dengan itu, karena itulah Sivaratri di sebut “Malam Kesadaran” bukan malam “Pelebuan dosa” memang sich orang yang sadar akan hakekatnya akan tarhindar dari perbuatan dosa  yaitu dengan jalan apa? dengan memusatkan pikiran kepada kesucian Siva. sebagai aspek pelebur kegelapan yang menghalangi alam kesadaran untuk mendapatkan sinar suci tuhan, supaya budhi akan menguatkan pikiran untuk mengendalikan indriya dan Tri Guna.
dalam kitab Sarascamuschaya 4 disebutkan :
Apaan iking dadi wwang, uttama juga ya, naimitaning mangkana,
Wenang ya tumulung awaknya sangkeng sangsara,
Makasadhanang subhakarma, hinganing kottamaning dadi wwang ika.

Artinya :   menjelma menjadi manusia, itu adalah sungguh-sungguh utama, karena ia dapat menolong dirinya dari keadaan sengsara (lahir dan mati berulang-ulang), dengan jalan berbuat baik, demikianlah keuntunganya menjelma menjadi manusia.
Bapak-bapak dan Ibu-ibu serta seluruh umat sedharma yang penuh keikhlasan
Sebagai manusia kita harus menghilangkan kemabukan, kemabukan yang di maksud adalah Sapta Timira kita diwajibkan untuk mengendalikan kesadaran dalam sasih kapitu ini         ( peteng pitu), sekaligus menetralkan pengaruh buruk pengaruh buruk yang harus dinetralkan adalah sombong karena tampan/cantik, sombong karena kaya raya, sombong karena pandai, sombong karena keturunan orang besar, sombong karena kuat dan masih muda, lupa diri karena mabuk dan lupa diri karena pemberani, ini peteng pitu yang ada dalam diri yang harus kita sadarkan. Lalu karakter ganas dan liar dari sasih kapitu yang dimulai sejak sasih keenam , yaitu alam sudah mulai kotor dan cemar, ditandai dengan  pancarobha dari panas ke hujan , awal berkembangnya penyakit, termasuk hama tumbuhan,hujan mulai deras, musim buah, banyak lalat, angin laut berhembus kencang  biasanya pada sasih keenam di laksanakan upacara ”nangluk merana” untuk menolak bencana dan mara bahaya akibat keganasan alam semakin banyak bencana alam, kecelakaan lalu lintas serta godaan-godaan karena nafsu-nafsu  hewani mulai merasuk ke manusia karena tidak bisa mengendalikan pengaruh dari peteng pitu ini.
Bapak-bapak dan Ibu-ibu serta seluruh umat sedharma yang berbahagia
bagaimana cara kita untuk mengntisipasi kejadian bencana alam ini?
Beruntunglah kita sebagai umat Hindu di berikan karunia Sivaratri, sebagai perwujudan Siva sebagai kasih kepada manusia apalagi kondisi di negeri kita ini tidak menentu dari hari ke hari, kiranya Sivaratri harus di pahami serta dapat di manfaatkan dengan baik umat Hindu untuk keselamatan, kerahayuan dan kedamaian alam semesta, jika Sivaratri tidak dimanfaatkan dengan baik maka perjalanan akan lebih berat dalam menghadapi bulan berikutnya
Oleh karena itu pelaksanaan Sivaratri pada tilem kapitu akan menjadi sangat penting bagi umat hindu  sendiri dan juga mengantisipasi bulan-bulan berikutnya sehingga tidak ada alasan lagi bagi kita umat Hindu untuk mengabaikan Sivaratri.
Bapak dan Ibu serta seluruh umat hindu yang penuh karunia
 apa yang harus kita lakukan di hari suci Sivaratri ?
Pada dasarnya adalah kegiatan Namasahasranam kepada Siva, yaitu selalu ingat dengan namanya wujud dan kuasa Tuhan sebagai pelebur yaitu Siva dengan mengulang-ulang nama Siva OM NAMA SIWAYA dengan terus menerus maka diharapkan kegelapan bathin akan hilang sehingga lahirlah kesadaran budhi
Dalam sumber ajaran Sivaratri di India, setiap menjelang bulan mati umat hindu melaksanakan Siwaratri dan setiap tahun melaksanakan Maha Sivaratri (antara pebruari-maret)  sumber dari sastra purana Siva purana, skanda purana, Garuda purana, dan padma purana ada juga di Indonesia sumber dari lontar  yaitu  Siwaratrikalpa karya dan Arjuna wiweha.
Kalau kita lihat dari lontar Siwaratri kalpa di jelaskan silubdaka seorang pemburu yang masuk sorga. lantas apaya, yang membuat lubdaka ini mendapatkan tiket masuk sorga??????????
Bentuk pelaksnan  Sivaratri Kanista adalah dengan jagra /melek semalam suntuk, sambil memusatkan pikiran pada Siva dengan membahas Sastra-sastra Agama melakukan japa dengan mengucapkan ON NAMA SIVAYA berulang ulang.
Bentuk pelaksaan yang madya adalah jagra dan upawasa, upawasa artinya artinya kembali suci dengan melatih indriya untuk mencoba melepaskan nikmatnya makanan yang hanya sebatas lidah. Latihan upawasa melahirkan sikap yang tidak terikat pada makanan enak, upawasa dilakukan pada pagi hari saat matahari terbit pada panglong 14 sampai besoknya pada sasih kapitu saat matahari terbenam  selama 36 jam.
Bentuk pelaksanaan uttama adalah jagra, upawasa dan monabrata, mona artinya tidak berbicara tujuanya adalah melatih diri dalam hal berbicara agar terkendali/ agak membatasi bicara bermanfaat untuk membangun energy positif yang memberikan kesehatan, ketenangan dan kesucian; sehingga kita bisa merasakan kebahagiaan batin .
Dari sumber-sumber mengenai Sivaratri bahwa kita harus berusaha membangun kesadaran diri, supaya terhindar dari perbuatan buruk, sehingga pada hari ini, hari kamis wage sasih kapitu merupakan hari yang sangat disucikan berkaitan dengan penyadaran diri  mudah-mudahan kita semua mampu memahami, menguraikan serta mengaplikasikanya dengan kesadaran.
Kesimpulan hari suci Sivaratri adalah hari malam kesadaran untuk mengajak manusia mengintropeksi diri untuk supaya kedepanya bisa berbuat lebih baik dari sebelumnya.
Maka dari itu mari kita semua mencoba untuk menerapkan jagra, upawasa, dan monabrata sebagai aplikasi umat hindu, bukanya sebagai teori yang di perdebatkan dalam melaksanakan Sivaratri.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan  mudah-mudahan apa yang kami sampaikan dapat bermanfaat bagi kita semua sehingga Om awignmastu shanti/kedamian itu sendiri baik secara jasmani maupun rohani akan kita Raih.
Om santi, santi, santi om

Sumber :
M.pd.,M, S.Ag, Suratnaya Ketut Dewa.  2005; “Kumpulan Dharma Wacana,Dharma”, Duta Gading Sewu.
Titib I Made Dkk. 2005; “ Petunjuk Teknis pelaksanaan Dharma wacana”, Paramita Surabaya.
Mertha I Nengah. 2009; ”Menggantang Hidup di Jaman Kali Yuga”, Jl.Sangalangit Penatih Denpasar Timur, Widya Dharma.


Rabu, 29 Oktober 2014

Orang Suci Hindu

A.       Pengertian Orang Suci

Orang Suci adalah manusia yang memiliki mata batin dan dapat memancarkan kewibawaan rohani, serta mempunyai kepekaan untuk menerina getaran-getaran gaib, dalam penampilannya dapat mewujudkan ketenangan dan penuh welas asih, yang di sertai kemurnian lahir dan batin di dalam mengamalkan ajaran agama, tidak terpengaruh oleh gelombang hidup suka dan duka.

Didalam kitab suci, Para orang suci hindu disebut Sadhu, Sants, Mahant, atau Bhagavata. Mereka yang mengajarkan pengetahuan keinsafan rohani kepada masyarakat luas juga disebut guru atau Acharya. Mereka tidak saja mengajarkan secara teori tetapi juga melalui teladan pribadinya. Merekalah yang menjaga suksesi guru – murid yang tak terputuskan dari tuhan dan para acharya terdahulu sampai generrasi yang sekarang. Para santh, sadhu dan acharya adalah penjaga kelanjutan pewarisan dharma. Kaki padma mereka adalah tempat berlindung bagi semua jiva yang berkeinginan untuk mencapai kesempurnaan. Hindu masih tetap ada dan hidup segar hingga hari ini adalah karena mereka. Merekalah kepala dari seluruh masyarakat yang membangun tubuh hindu. Setiap umat hindu adalah murid yang dengan kerendahan hati memohon ajaran dari mereka. Ajaran mereka tiada lain adalah realisasi Veda itu sendiri dan merupakan kesempurnaan pengalaman rohani mereka di dalam jalan Veda.  

B.      Syarat – Syarat Menjadi Orang Suci

Sebelum seseorang menjadi pemangku (orang suci) hal yang paling utama dilakukan yaitu Upacara pawintenan Gede. Kata pawintenan itu sendiri berasal dari kata winten, yang dapat diartikan dengan kata inten (berlian), permata bercahaya. Pawintenan atau mawinten mengandung arti melaksanakan suatu upacara untuk mendapatkan sinar (cahaya) terang dari Sang Hyang Widhi Wasa, supaya dapat mengerti, mengetahui, serta menghayati ajaran pustaka suci Veda tanpa aral melintang. Magna dari pawintenan disini tidak lain yaitu memohon Waranugraha Sanghyang Widhi Wasa dalam prabawanya sebagai Sanghyang Guru yang memberi tuntunan, sebagai sanghyang Gana memberikan perlindungan dan membebaskan segala bentuk rintangan, dan sebagai Sang Hyang Aji Saraswati sebagai pemberi anugrah ilmu pengetahuan suci (Veda).
Dan disamping pelaksanaan upacara pawintenan dalam ajaran Veda untuk menjadi Orang suci, ada empat syarat yang mesti dimiliki yaitu:
1.    Widya adalah memiliki ilmu pengetahuan dan kerohanian (Apara Widya dan Para Widya)
2.      Satya adalah memiliki sifat jujur dan memegang teguh kebenaran
3.      Tapa adalah mampu mengendalikan diri dari segala godaan nafsu
4.      Sruta adalah mampu menerima getaran-getaran suci (wahyu)

C.       Kedudukan Orang Suci

Melalui proses sakral yang di sebut “Dwijati” artinya lahir kedua kali. Lahir yang pertama melalui rahim seorang ibu dan yang kedua melalui proses sakralisasi dan proses pembelajara melalui seorang guru kerohanian yang mengajarkan Weda. Ada juga di sebut “Mediksa” artinya upacara penyucian seorang walaka menjadi pandita atau sulinggih. Orang-orang suci memiliki kedudukan khusus dan terhormat dalam masyarakat hindu. Masyarakat hindu menyebutnya “Sulinggih”“Su”artinya mulia atau utama dan “Ling” artinya kedudukan. Jadi, sulinggih artinya kedudukan utama atau mulia.

Di dalam Kitab Weda Sruti dan Smerti di sebutkan beberapa gelar (kedudukan) untuk orang suci yang sesuai dengan keahliannya yaitu:
  • 1.     Pendeta adalah gelar orang suci dari brahmana wangsa, beliau telah di dwijati atau di diksa.
  • 2.      Dang Hyang adalah gelar orang suci dari brahmana wangsa yang berperan menjadi Maha Guru sperti Dang Hyang Nirartha, Dang Hyang Dwijendra.
  • 3.      Rsi atau Bhagawadgita adalah gelar orang suci dari wangsa ksatria yang menjadi penyebar dan penentu ajaran agama.
  • 4.      Mpu adalah gelar orang suci dari waisya wangsa yang bertugas memimpin upacara bhuta yadnya.
  • 5.      Pinandita atau pemangku adalah orang suci yang ruang lingkupnya terbatas dan penyuciannya melalui upacara “ekajati”.  Beliau  mempunyai wewenang untuk muput upacara dalam skala kecil. Pemangku adalah orang yang disucikan melalui proses Ekajati/mawinten.
  • 6.      Wasi adalah sejenis pemangku dari umat hindu di jawa.      
Dan beliau inilah yang memiliki tugas-tugas sesuai dengan fungsinya, yaitu:
Bertugas memimpin pelaksanaan Upacara atau Upakara keagamaan dan memberi petunjuk cara-cara pembuatan banten, Memberi Upanisad, Memberi Dewasa (niwakang dewasa).
                             
D.  Tugas  Orang Suci

a).    Rsi
Rsi adalah Orang suci yang karena kesucian pikirannya dapat menerima wahyu Ida Sang Hyang Widhi. Dan tugas dari seorang Rsi adalah sebagai berikut :

1.      Menyebarkan ajaran Weda kepada umat manusia
2.      Menuntun umat manusia sesuai ajaran Weda
3.      Menyelesaikan yadnya yang di minta oleh orang yang mempunyai atau melaksanakan upacara yadnya ( yajamana )


      b).    Sulinggih
      Sulinggih adalah Orang yang mempunyai wewenang untuk muput upacara yadnya. Sulinggih adalah orang suci yang disucikan melalui proses sakral yang disebut Dwijati atau Madiksa. Adapun tugas dari seorang sulinggih adalah sebagai berikut :
  
1.   Melakukan pemujaan dalam menyelesaikan Yadnya
2.      Melakukan upacara Nyurya Sewana
3.      Ngeloka Phala Sraya, dsb.     
c).    Pemangku
Pemangku adalah Orang yang mempunyai wewenang untuk muput upacara dalam skala kecil. Pemangku adalah orang yang disucikan melalui proses Ekajati/mawinten. Adapun tugasnya sebagai berikut :

1    Meminpin upacara dalam tingkatan tertentu seperti:
      caru Panca sata, Mendem Sawa, otonan dsb.
2.      Membantu sulinggih dalam menyelesaikan upacara Yadnya tertentu.
3.      Memimpin upacara di Pura tempatnya bertugas.
4.      Melakukan penyucian diri terus menerus melalui sembahyang dan selalu meningkatkan pengetahuan.

E.      Larangan Bagi Orang Suci

Orang Suci adalah manusia yang memiliki mata batin dan dapat memancarkan kewibawaan rohani, serta mempunyai kepekaan untuk menerina getaran-getaran gaib, dalam penampilannya dapat mewujudkan ketenangan dan penuh welas asih, yang di sertai kemurnian lahir dan batin di dalam mengamalkan ajaran agama, tidak terpengaruh oleh gelombang hidup suka dan duka. Oleh karena itu, Sebagai Orang Suci mimiliki larangan yang mesti dijauhi diantanya sebagai berikut :

1        Tidak boleh berjudi.
2.      Tidak boleh bertengkar atau berkelahi.
3.      Tidak boleh melakukan perbuatan dosa.
4.      Tidak boleh bergaul dengan orang jahat.
5.      Tidak boleh berzina.
6.      Tidak boleh ingkar janji.
7.      Tidak boleh berpolitik praktis.
8.      Tidak boleh berdagang.
9.      Tidak boleh tersangkut pidana, dll.



Disamping larangan diatas terdapat juga Pantangan Makan dan Minum diantaranya sebagai berikut :
1    Tidak boleh minum minuman berakohol seperti, tuak, arak, berem dan minuman keras lainnya.
2.      Tidak boleh makan daging sapi.
3.      Tidak boleh makan daging babi.
4.      Tidak boleh makan daging anjing.
5.      Tidak boleh makan daging kuda.
6.      Tidak boleh makan atau minuman yang berasal dari mencuri, menipu, korupsi dll.  

F.       Menghormati Orang Suci    

Dalam setiap upacara yadnya, umat hindu wajib menghaturkan Daksina, pada pendeta yang penuh dengan keikhlasan. Pengertian daksina di sini artinya persembahan yang terhormat dalam bentuk harta benda kepada orang suci atau pendeta. Umat wajib menjaga kesucian pendeta dengan melayani beliau sebaik-baiknya terutama ketika beliau melaksanakan swadharmanya Nyurya sewana setiap hari. Sehingga dengan hal itulah kita mengenal ajaran Guru Bhakti dalam hal ini kepada Maha Rsi yang memberikan Ilmu Pengetahuan Suci.

                                                    
                                                                 
 DAFTAR PUSTAKA

Supriadi, Ida Bagus. 2004. Buku Pelajaran Agama Hindu. Surabaya : Paramita
http://blogspot.com/2012/11/orang-suci-Hindu. (Diakses pada tanggal 20 Oktober 2014)